SELAMAT DATANG DAN TERIMA KASIH ATAS KUNJUNGANNYA........MAMPIR LAGI YA UNTUK BELAJAR.....SEMANGAT !!!

Rabu, 08 Juni 2011

FENOMENA TUMBUHAN

MENGAPA KAYU ULIN KERAS ?

Pohon ulin adalah salah satu jenis kayu hutan tropika basah yang merupakan tanaman khas Kalimantan. Terdapat dua jenis ulin atau belian yaitu Eusideroxylon zwageri dan E. melagangai (kemudian melagangai diangkat statusnya menjadi genus Potoxylon). Dua genus (Eusideroxylon dan Potoxylon) berbeda satu sama lain dengan bentuk buah, ranting dan kepadatan kayunya. P. melagangai memiliki sudut ranting dan kayu ringan yang juga kurang tahan lama. E. zwageri ditemukan di sementara P. melagangai di utara Mulu daerah Sarawak, diakui penduduk setempat terdapat tiga varietas belian, sedangkan belian di Kalimantan Barat, setidaknya empat varietas telah didokumentasikan. Demikian pula menurut Heyne (1987), empat varietas kayu belian tersebut dikenal dengan sebutan belian tando, belian bilin, belian tembaga dan belian kapur. Sedangkan dalam bahasa Dayak Matek Sanggau, kayu ulin disebut taas dengan empat varietas yang berbeda, dikenal dengan nama varietas kunciat, varietas rembedia’, varietas jalo’ dan varietas buru’.

Kayu ulin dikenal dengan cirinya antara lain berwarna gelap, tahan terhadap perubahan suhu, kelembaban, air laut, dan tidak mudah lapuk baik di air maupun daratan, serta kayunya sangat keras bagaikan besi dan bisa bertahan ratusan tahun tanpa rusak (lapuk) atau "berkarat", sehingga ada yang menyebutnya kayu besi. Di Kalimantan Selatan ditemukan ratusan batang kayu ulin yang diperkirakan berumur 600 tahun yang sedang diteliti oleh Tim Balai Arkeologi Banjarmasin.

Ulin termasuk jenis pohon besar yang tingginya dapat mencapai 50 m dengan diameter sampai 120 cm. Pohon ini tercatat sebagai pohon tertinggi dan terbesar di Indonesia. Ulin umumnya tumbuh pada ketinggian 5 – 400 m di atas permukaan laut dengan medan datar sampai miring, tumbuh terpencar atau mengelompok.

2. Multiguna Keras dan Kuatnya Kayu Ulin

Keras dan kuatnya kayu ulin, mengkibatkan banyak yang meggunakannya sebagai konstruksi bangunan berupa tiang bangunan, atap kayu (sirap), papan lantai, kusen pintu dan jendela, bahan untuk bangunan jembatan, bantalan kereta api, sebagai pasak survei ke tiang listrik, dan kegunaan lain yang memerlukan sifat-sifat khusus awet dan kuat. Selain itu, ulin yang telah membatu dapat diasah menjadi perhiasan yang tidak kalah dengan batu-batu yang telah dikenal oleh pengrajin batu perhiasan. Di Samarinda, ada pengrajin yang rajin keluar-masuk hutan mencari fosil ulin ini untuk diasah menjadi berbagai macam perhiasan. Tekstur dan guratan kayu ulin lebih eksotis dibandingkan dengan batu permata,” ujar Pak Umar yang sering mengikuti setiap expo mengatakan bahwa harga jual hasil olahan batu kayu ulin ini juga relativ lebih murah. Satu buah cincin laki-laki harganya berkisar antara Rp. 35.000 hingga Rp. 1 juta.

Ulin ternyata tak sekadar bernilai ekonomis tinggi dari nilai kayunya. Lebih dari itu, kayu ini juga dapat dijadikan sebagai pohon obat. Demikian juga diutarakan Staf Ahli Bidang Ekonomi Menhut Ir Indriastuti MS menyebutkan, ada tiga jenis bagian dari kayu ulin yang bisa

dimanfaatkan untuk obat-obatan yaitu daun muda, esktrak biji, dan buahnya. Sebagian masyarakat di kalimantan telah biasa mengunakan air rebusan kayu ulin untuk mengobati sakit gigi.

3. Beberapa Faktor yang menyebabkan Kayu Ulin Keras

a. Secara Anatomi

Kayu sebagai produk organisme hidup memiliki sifat-sifat alami yang sangat unik dan masing-masing jenis mempunyai tampilan karakteristik yang berbeda. Sifat-sifat kayu yang unik dan berkarakteristik tersebut saling berhubungan serta mendukung satu sama lainnya sehingga inherent dalam struktur anatomi sel-sel penyusunnya. Kita ketahui sel-sel penyusun tumbuhan berbeda dengan sel hewan, karena sel tumbuhan memiliki dinding sel, inilah yang mengakibatkan sel tumbuhan kaku.

Dinding sel di dalamnya terkandung selulosa, hemiselulosa, pectin, protein, lignin (zat kayu), dan suberin. Struktur dinding sel tersusun dari tiga lapisan yaitu lamella tengah, dinding primer, dan dinding sekunder. Dinding sekunder terdiri dari beberapa lapis ke bagian dalam, berkerangka selulosa, tapi tidak berpektin. Molekul selulosa dalam dinding membentuk misel-misel yang membentuk berkas mikrofibril dengan lignin dan suberin terdapat di antara ruangnya, mengakibatkan dindingnya menjadi keras.

Kelompok enzim pensintesis selulosa tertanam pada plasmolemma dalam bentuk roset. Enzim ini dianggap menerima glukosa yang teraktivasi dari sisi sitoplasma dan membubuhkannya kepada molekul glukosa yang sedang tumbuh yang muncul di sisi plasmolema yang menghadap dinding. Bentuk roset pada kumpulan enzim pensintesis selulosa mengakibatkan molekul yang tumbuh berada di tempat yang teratur dan segera mengkrital. Makin banyak roset dalam satu baris, makin banyak jumlah mikrofibril dalam satu makrofibril, dan makin besar pula garis tengahnya. Hal ini mengakibatkan jaringan secara keseluruhan bertambah padat dan melebar, sehingga kayu menjadi semakin keras, kuat, dan bertambah besar.

b. Secara Kimiawi

1) Selulosa

Selulosa merupakan suatu polisakarida yang terdapat pada tumbuhan tersusun dari 8.000-15.000 monomer glukosa dalam ikatan beta 1,4 dan membentuk rantai lurus yang panjangnya mencapai 4μm. Sifat mekanik selulosa adalah kekuatan rentangnya. Pada tekanan yang menempatkan mikrofibril, selulosa akan melengkung. Agar hal ini tidak terjadi, maka matriks antarfibril selulosa diganti dengan zat padat yang membuatnya menjadi keras, sehingga prosesnya disebut pengerasan. Pengerasan yang paling penting pada tumbuhan tinggi adalah penempatan lignin, suatu polimer yang tersusun dari fenilpropanoid.

2) Hemiselulosa

Dalam kayu keras dan tanaman tahunan, jenis hemiselulosa yang dominan adalah pentose

(terutama xilan), sedangkan dalam kayu lunak yang dominan adalah jenis hexosa yang kadang-kadang terikat rapat oleh selulosa. Hemiselulosa mempunyai punggung dasar berikatan beta 1,4 yang bercabang-cabang ke arah lateral. Karena cabang lateral dapat berinteraksi dengan selulosa, maka hemiselulosa mengkristal bersama selulosa, melapisinya, dan melekatkan semua mikrofibril menjadi satu.

3) Lignin

Lignin adalah komponen makromolekuler dinding sel ketiga. Lignin tersusun dari satuan-satuan fenilpropano yang satu sama lain dikelilingi berbagai jenis zat pengikat. Persentase rata--ratanya dalam kayu lunak antara 25-35% dan dalam kayu keras antara 20-30%. Lignin menyebabkan dinding sel menjadi keras dan kaku, yang mana pada kayu keras struktur ligninnya memiliki kandungan metoxil (-OCH3) yang lebih tinggi. Jaringan kayu pada batang dikotil atau monokotil tertentu dapat mengalami proses lignifikasi yang sangat lanjut sehingga kayu menjadi sangat keras. Air menghubungkan dan memperkuat jaringan
Lignin yang sering dikaitkan dengan xilem sekunder di kayu. Biomacromolecule Methoxyphenol penting dalam pengertian evolusi untuk melakukan konduktansi air dan penguatan unsur-unsur air (Edwards, 2001; Cooper-Driver, 2001).

4) Zat Anti Bakteri

Uji fitokimia pendahuluan mengindikasikan bahwa kayu ulin mengandung berbagai senyawa kimia, antara lain golongan alkaloid, flavonoid, triterpenoid, tanin, dan saponin. Flavonoid, triterpenoid dan saponin adalah senyawa kimia yang memiliki potensi sebagai antibakteri dan antivirus (Robinson, 1995). Itulah sebabnya kayu ulin kuat, tidak membusuk malah membatu menjadi fosil, dan ekstrak kayu ulin dapat digunakan sebagai obat terutama, untuk sakit gigi.

3. Penutup

Dari pembahasan di atas dapat dipahami, kerasnya kayu ulin dikarenakan struktur anatomi sel penyusunnya yang padat, dengan dinding selnya yang tebal, dan terdapat kandungan lignin dengan kadar metoxyphenol (-OCH3) yang tinggi, serta proses lignifikasi yang dialaminya.

--------------------------------------